CORAL REEFS: VALUABLE but VULNERABLE


Para pakar dunia mengistilahi terumbu karang sebagai hutan hujan-nya lautan, yang sangat kaya dengan keanekaragaman spesies dan karena itu menjadi ekosistem yang paling produktif di bumi. Eksistensinya sangat penting sebagai sumber mkanan dan pendapatan, menjadi spot pembesaran (nursery ground) ikan-ikan komersil, menjadi pemanja mata bagi para divers dan snorkelers dari seluruh dunia, lapukannya menjadi pasir pantai, dan juga melindungi pesisir dari terjangan gelombang.

Bagaimanapun, dengan manfaat ekologis yang sedemikian besar, hingga kini terumbu karang juga terus menghadapi persoalan yang membesar. Pembangunan dan pengembangan pesisir, penangkapan ikan berlebih (overfishing), buangan limbah pertanian & peternakan (runoff), aktifitas wisata tak bertanggung jawab, serta lalu lintas dan pendaratan perahu dan kapal menjadi ancaman yang cukup sulit ditekan.
Ditambah, kondisi iklim global yang terus megalami pemanasan dan perubahan juga ikut memengaruhi stabilitas dan upaya-upaya pemulihan ekosistem terumbu karang.

Pemanasan suhu laut telah menjadi sebab atas kerusakan yang menimpa terumbu karang. Coral bleaching atau pemutihan karang adalah salah satu dampak dari pemanasan global. Hal ini terjadi karena alga-alga yang mengandung pigmen berwarna-warni mengalami stress dan mati sehingga yang tersisa hanya terumbu yang berwarna putih (kapur). Ancaman ini diperkirakan akan makin meluas dan sering terjadi di masa mendatang.


Dampak pemanasan lainnya adalah makin tingginya kadar asam di lautan akibat meningkatnya kosentrasi karbon (CO2). Pengasaman (acidification) laut memperlambat/mengurangi tingkat pertumbuhan dan perkembangan karang sehingga tak bisa lagi mempertahankan struktur fisiknya.
Kombinasi dari ancaman lokal yang telah disebutkan diatas beserta ancaman global akibat pemanasan (bleaching & acidification), karang jadi teramat rentan terhadap gangguan dan kerusakan yang diakibatkan oleh badai, aktifitas manusia, serta peyakit. Hal tersebut dapat terlihat dari berkurangnya luasan area terumbu karang, meningkatnya tutupan alga, berkurangnya keanekaragaman spesies dan menurunnya kelimpahan ikan (abundance).

Meskipun informasi mengenai ancaman dan kerusakan ini telah cukup masif disebarkan dan diketahui dunia, namun detail informasi perihal ancaman mana yang memberi dampak pada terumbu karang yang mana/seperti apa masih terbatas yang pada akhirnya menghambat upaya-upaya konservasi yang dilakukan. Hanya sedikit sekali presentasi dari ekosistem terumbu karang yang telah dikaji para peneliti. Dari antara itu, yang benar-benar dikaji secara intens dan konsisten bahkan lebih sedikit lagi.

Indonesia sebagai 'ladang' alami terumbu karang dunia memiliki andil besar dalam mengkaji, melindungi dan memastikan keberlanjutan ekosistem terumbu karang dunia.
Sehingga menjadi semacam tuntutan bagi kita selaku insan akademik untuk turut melestarikan ekosistem cantik ini. Mari mulai dari hal yang paling mudah, tempat yang paling dekat, dan upaya yang paling memungkinkan untuk mendukung perbaikan dan keberlanjutan ekosistem terumbu karang.

[roSe]
 
  
Previous
Next Post »
0 Komentar